Sabtu, April 24, 2010

Menguak Misteri Tidur Berjalan

TIDUR berjalan (somnambulisme) merupakan kondisi yang memengaruhi seseorang, dimana ia bangun dan berjalan-jalan saat tidur nyenyak. Penderita somnambulisme disebut sleepwalker.

Berdasarkan studi epidemiologi, somnambulisme terutama terjadi di usia 4-8 tahun, dengan prevalensi 15-30%. Di usia dewasa, prevalensinya 1-4 %. Di Swedia, angka prevalensi setahun 6-17% dan angka insiden 40%. Angka rasio pria: wanita sebesar 1:1 menunjukkan bahwa somnambulisme tidak memandang jenis kelamin.

Penyebab

Multidimensi, misalnya: faktor lingkungan, kurang tidur, jadwal tidur yang tidak teratur-kacau, demam, stres-tertekan, kekurangan magnesium, suara keras. Keracunan (intoksikasi) obat atau zat kimia, seperti: alkohol, obat hipnotik/sedative (misal: Zolpidem), antidepresan (misal: bupropion, paroxetine, amitriptyline), neuroleptik (misal: lithium, reboxetine), minor tranquilizers, stimulan, antibiotik (misal: fluoroquinolone), obat antiparkinson (misal: levodopa), antikonvulsan (misal: topiramate), dan antihistamin berpotensi menyebabkan somnambulisme.

Faktor fisiologis, seperti: kandung kemih penuh, kehamilan, dan menstruasi meningkatkan frekuensi kejadian somnambulisme. Ada ketidaknormalan pada pengaturan gelombang tidur (slow wave sleep/SWS).

Ketidakserasian (disosiasi) antara tidurnya tubuh dan akal, muncul dari aktivasi jalur thalamocingulate dengan persisting deactivation dari sistem thalamocortical arousal lainnya. Adapun panjang kedalaman SWS yang lebih besar di awal masa anak, juga meningkatkan somnambulisme pada anak.

Berbagai kondisi medis juga berhubungan dengan kasus ini, contohnya: gangguan irama jantung (aritmia), kejang-asma di malam hari, demam, migraine, obstructive sleep apnea, hipertiroidisme, serta gangguan psikiatris, seperti: gangguan stres paskatrauma, panik, dan kondisi disosiasi.

Tinjauan genetika-molekuler, somnambulisme lebih sering terjadi pada kembar monozigot, sepuluh kali lebih sering pada keluarga dengan riwayat somnambulisme. Dari semua kejadian, sepertiga memiliki riwayat keluarga

Potret Klinis

Menurut Perdossi (2006) dan PPDGJ (1995), pada sepertiga awal tidur malam penderita mendadak terbangun (lalu duduk di) tempat tidur, mata terbuka, ekspresi wajahnya kosong-bengong, membuka selimut, bergerak berputar seolah bertujuan, berusaha meninggalkan tempat tidur.

Bisa pula mencoba berpakaian, berjalan-jalan mengelilingi tempat tidur, di sekitar kamar-rumahnya; dapat berbicara namun jarang bermakna, naik tangga, memakai alat-alat dapur, lalu berusaha menyiapkan makanan; membuka pintu depan rumah, berjalan jarak jauh, bahkan mengendarai mobil dalam keadaan tidur. Beberapa menit setelah (ter)bangun, ia sedikit bingung (disorientasi) sesaat.

Kebanyakan tidak bermimpi, sulit bangun saat serangan berlangsung, namun setelah serangan segera tidur lagi. Saat tersadar keesokan paginya, tidak ingat kronologi kejadiannya.

Kecelakaan dapat terjadi akibat jatuh dari tangga, jendela, atau saat berjalan ke luar rumah. Biasanya mau diajak ke tempat tidur tanpa perlawanan. Hindari menghalang-halangi atau membangunkannya karena menyebabkan bingung, cemas, atau melarikan diri. Dapat dengan susah payah disadarkan/dibangunkan dari tidurnya.

Pada anak, dapat berjalan ke kamar tidur orang tua dan memberi respon terhadap pertanyaan/ perintah. Terkadang kencing di tempat yang tidak biasanya.

Somnambulisme haruslah dibedakan dari serangan epilepsi psikomotor dan fugue disosiatif. Tidak terdapat gangguan mental organik.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan dengan polysomnography merupakan gold standar penegakan diagnosis somnambulisme. Rekaman video dapat membantu melihat pola aktivitas serangan.

Penatalaksanaan

Dokter akan memberikan obat sesuai indikasi, misalnya: antidepresan trisiklik atau benzodiazepin. Untuk terapi jangka panjang, dianjurkan teknik relaksasi, imajinasi mental, dan anticipatory awakening (membangunkan penderita 15-20 menit sebelum saat semestinya ia bangun lalu menjaganya agar tetap bangun).

Pencegahan

Berbagai upaya dapat dilakukan, seperti: mengurangi minum sebelum tidur, mengunci-menutup rapat semua pintu-jendela agar penderita tidak dapat keluar, menyingkirkan semua benda yang berpotensi membahayakan-melukai penderita, berkonsultasi dengan dokter untuk memilih obat yang cost-effective, jangan malu takut untuk berobat ke dokter.

Disiplin melakukan higiene tidur, seperti: membiasakan diri untuk; kencing sebelum tidur, tidur-bangun teratur pada jam yang sama setiap hari. Bila terbiasa memungkinkan tidur siang; biasakanlah di waktu yang sama, sesudah makan siang merupakan waktu terbaik. Hindari tidur siang lebih dari 45 menit. Hindari berolahraga sore-malam hari atau menjelang tidur. Hindari meletakkan peralatan elektronika (TV, radio) di kamar tidur.

Kondisikanlah suasana tidur yang nyaman, seperti: mendengarkan musik lembut sebelum tidur, mematikan lampu, menggunakan kasur yang lembut serta bantal-guling yang empuk, sejuk, harum, tenang. Dengan penanganan terpadu, somnambulisme akan teratasi dengan baik.
 

 


Tidak ada komentar: