Sabtu, Mei 30, 2009

Mesin Angkudes Diproduksi di Tegal
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan prototipe mesin mobil untuk angkutan pedesaan (angkudes) berkomponen 100% lokal. Mesin tersebut saat ini mulai diproduksi di Tegal, Jateng.”Kami berawal mengembangkan mesin itu karena dokumennya sudah dimiliki. Mulai teknologi perancangan, desain, dan selanjutnya proses pembuatan,” kata Koordinator Riset Unggulan Strategis Nasional (Rusnas) Engine BPPT, Dr I Nyoman Jujur, kemarin.
Menurut Nyoman, riset pembuatan mesin itu sudah dirintis cukup lama, yakni sejak 2002. Dimulai dengan tahapan membuat desain, komponen lokal, dan terutama bagaimana membuat pengecoran sehingga tidak bocor. 

Selanjutnya, pengujian di laboratorium termodinamika BPPT di Serpong untuk memastikan prototipe tersebut sesuai dengan desain, sehingga mempunyai kinerja bagus dan andal yang teruji dalam skala laboratorium. ”Setelah mesin jadi, teknologi tersebut didifusikan pada suatu industri di Tegal. Sekarang sudah mulai tahapan produksi,” tandasnya.

Mesin bikinan Rusnas itu memilih volume silinder 500 cc, karena volume yang kecil tidak berbenturan dengan mesin lain yang sudah ada di pasaran, misalnya 1.000cc ke atas atau 200 cc ke bawah, sehingga diharapkan mempunyai ceruk pasar tersendiri.

Konsep awal dalam mendesain adalah mesin mempunyai kinerja (torsi) tinggi pada putaran rendah, sehingga bandel dan cocok untuk daerah pedesaan yang para pemakainya suka memberikan beban berlebih.

”Selain itu, multiguna. Bisa dipakai bukan saja untuk kendaraan pedesaan, tetapi juga untuk penggerak mesin pertanian, genset, alat angkut perairan, dan sebagainya,” tambah Nyoman. 

Bahan baku mesin menggunakan aluminium paduan yang jauh lebih ringan dibandingkan dengan besi tuang serta daya spesifik yang dihasilkan besar.
Mesin bukan berbahan bakar gasoline tetapi bisa gas dan bensin.


Rabu, Mei 27, 2009

Depdiknas Rumuskan Tiga Kompetensi Kunci
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) akan merumuskan tiga kompetensi kunci untuk melengkapi sistem kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang saat ini sedang diimplementasikan di sekolah-sekolah.
Kepala Seksi Pelaksana Kurikulum Depdiknas Didik Prangbakat mengatakan, tiga formulasi tersebut adalah kemampuan untuk bertindak secara otonom, menggunakan alat secara interaktif, dan memfungsikan diri dalam kelompok-kelompok yang secara sosial heterogen.

"Tiga kompetensi itu yang selama ini diterapkan di negara-negara yang tergabung dalam Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)," katanya saat membuka Simposium Pembelajaran Bahasa Inggris Sekolah Dasar, di Jakarta, kemarin.

Yang dimaksud kompetensi bertindak secara otonom adalah individu dituntut untuk mampu mengelola hidupnya sendiri secara bermakna dengan berperan aktif dalam membentuk hidupnya sendiri.  

Tentunya untuk mencapai kompetensi ini diperlukan kemampuan memajukan diri sebagai subyek yang harus mengambil risiko dan bertanggung jawab sebagai warga negara, anggota masyarakat, anggota keluarga, pekerja, dan tanggung jawab sebagai warga negara.

Kompetensi menggunakan alat secara interaktif berarti alat kebendaan, bahasa, simbol, dan informasi tidak hanya menjadi indikator pasif, tetapi secara instrumental menjadi bagian dari dialog interaktif antara individu dengan lingkungannya.

Sedangkan kompetensi kemampuan bersosialisasi dalam masyarakat yang multikultural bertujuan agar individu mampu berhubungan baik dengan orang lain, bekerja sama, mengelola, dan dapat menyelesaikan konflik.

"Tiga formulasi kunci itu dapat mengantarkan anak didik mengarungi kehidupan yang sukses dan berpartisipasi secara efektif dalam berbagai bidang kehidupan," katanya.
Kurikulum
Terkait dengan kurikulum, Didik menjelaskan isu seputar kurikulum selama ini selalu menjadi sorotan di kalangan masyarakat. "Setiap menjelang atau sesaat setelah pergantian kurikulum baru, publik selalu ramai memperbincangkannya. Bahkan hingga kini sudah berkali-kali ganti kurikulum," katanya.

Menurut Didik, pada era Orde Baru, kurikulum menjadi bagian dari subordinasi politik. Bahkan selama orde itu, sudah pernah diberlakukan kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, dan kurikulum 1994.

Ia menjelaskan, pascareformasi diberlakukan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) yang kemudian menjadi KTSP, namun dalam pelaksanaanya hanya mengandalkan kreativitas dan kemampuan guru.

Menurut dia, perlunya terbosan baru untuk mengembangkan kompetensi ideal guna mencapai tataran yang dikehendaki. Artinya, jika hanya mengandalkan kompetensi kurikulum seperti tertuang dalam KTSP maka tidak akan mampu menggapai sosok manusia yang diidealkan.

 

Selasa, Mei 12, 2009

[.] Menpan: 2009 Pemerintah Buka Penerimaan 300.000 CPNS
Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara (Menpan) Republik Indonesia Taufiq Effendi menyatakan pemerintah segera membuka penerimaan 300.000 kursi calon pegawai negeri sipil (CPNS) dari seluruh Indonesia pada tahun 2009 ini.

"Rencananya test penerimaan akan berlangsung pada bulan September 2009," kata Menpan Taufiq Effendi dalam kunjungan kerjanya di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Rabu (29/4).

Menpan juga menambahkan bahwa penerimaan 300.000 CPNS pada tahun ini diluar pengangkatan pegawai honor.

Menteri mengatakan masih menunggu rekomendasi dari Departemen Keuangan sehubungan dengan formasi penerimaan CPNS tahun 2009. Pada saat ini kami masih menunggu rekomendasi dari Departemen Keuangan," katanya.
 

Jumat, Mei 01, 2009

Waspada Flu BABI

Cegah Penularan Flu Babi

puluhan orang meninggal sejak pertengahan Maret lalu, dan ratusan lainnya tertular penyakit di Meksiko, yang diduga disebabkan oleh virus flu babi. Bahkan flu babi kini telah menyebar ke Texas dan California Selatan, Amerika Serikat, Prancis dan beberapa negara Eropa lainnya.


Gejala penyakit itu meliputi demam, lesu, batuk, dan kurang nafsu makan. Jarang ada catatan mengenai kasus penularan flu babi dari manusia ke manusia.

Penyebab influenza yang ditemukan pada babi bersamaan dengan penyakit yang langsung menyerang manusia (lihat pula ’’Bukan Penyakit Baru, tapi Perlu Diwaspadai’’).
Pertama kali, virus influenza babi diisolasi tahun 1930.
Telah banyak aspek dari penyakit tersebut yang diungkap, antara lain meliputi tanda klinis, lesi, imunitas, transmisi, adaptasi virus terhadap hewan percobaan, hubungan antigenik dengan virus influenza lainnya, serta kejadian penyakit di alam.